Digital Talent
Belakangan istilah digital talent kerap muncul di pemberitaan dan menjadi bahan perbincangan sejak memasuki era Revolusi Industri 4.0. Terlebih ketika Presiden Joko Widodo menyebut kebutuhan akan digital talent yang begitu besar dalam rangka percepatan digital menuju Indonesia emas 2045.
Sebanyak 9 juta digital talent dibutuhkan sampai dengan tahun 2030. Berarti, masih terbuka kesempatan pada beberapa angkatan siap kerja ke depan untuk mengambil peran. Apa sebetulnya digital talent, spesifikasi kemampuan seperti apa yang dibutuhkan?
Menilik pada definisinya, mudahnya digital talent adalah orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi digital. Sebuah studi yang dilakukan Microsoft bersama IDC tahun 2018 silam menyebut bahwa digital talent adalah salah satu kunci penting transformasi digital. Bukan semata Startup saja yang membutuhkan, melainkan nyaris di semua perusahaan.
Sekali lagi, talenta digital merupakan faktor yang memegang peranan penting selain infrastruktur. Ibarat rectoverso keduanya saling tak terpisah dan bersisian dalam pengalihfungsian ke posisi-posisi baru selama proses transformasi digital.
Lantas, spesifikasi skill dan posisi seperti apa saja yang bisa dikategorikan sebagai digital talent?
Artificial Intelligence
Secara sederhana Artificial Intelligence (AI) diartikan dengan kecerdasan buatan. Penerapannya bisa pada mesin yang mampu menunjukkan sifat-sifat terkait pikiran manusia, di mana proses di dalamnya mencakup pembelajaran dalam memperoleh informasi dan aturan dan bagaimana menggunakannya, juga proses penalaran yakni menggunakan aturan untuk suatu kesimpulan tertentu dan koreksi diri. Bisa dikatakan keseluruhan prosesnya adalah simulasi kecerdasan manusia yang tertuang dalam mesin yang diprogram untuk berpikir dan bertindak selayaknya manusia.
Tidak mudah menjabarkan pengertian kecerdasan buatan ini. Tetapi, pemanfaatannya sangatlah terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang digital talent yang berkarir di AI umumnya bertugas melakukan aktivitas komputer dengan kecerdasan buatan yang dirancang. Seperti pengenalan suara, pembelajaran, perencanaan dan pemecahan masalah. Di sini, dikembangkan lagi beberapa skill antara lain Deep Learning atau Deep Neutral Network yang merupakan salah satu aspek AI yang berfokus pada peniruan pembelajaran yang digunakan manusia untuk mendapatkan jenis pengetahuan tertentu. Hal ini cukup signifikan dikuasai untuk memahami perilaku pelanggan serta pengambilan keputusan yang bisa meningkatkan efisiensi bisnis.
Penting bagi dia untuk bekerja di dalam tim untuk mempertimbangkan proses bisnis, teknis dan produk digitalnya. Termasuk mempelajari mendalam mengenai algoritma pembelajaran mesin untuk pemenuhan kebutuhan bisnis suatu perusahaan.
Backend Developer
Beberapa waktu kemarin, Leap telah menulis sekilas gambaran dan peran bekerja sebagai Backend Developer di Telkom. Bisa dirumuskan pekerjaan utama sebagai seorang Backend Developer adalah mengembangkan layanan ‘di balik layar’ dengan kualitas tinggi berdasar penekanan khusus pada pemeliharaan jangka panjang, ketahanan, dan skalabilitas.
Backend Developer juga harus berpartisipasi dalam seluruh rangkaian proses sebuah aplikasi atau produk digital dengan fokus pada kode dan debugging. Sehingga diperlukan keterampilan khas, seperti mampu menulis kode bersih untuk mengembangkan aplikasi web fungsional dan memecahkan masalah serta men-debug aplikasi.
Ia juga bertanggungjawab melakukan tes unit untuk mengoptimalkan kinerja serta mengelola teknologi mutakhir demi peningkatan aplikasi. Termasuk juga berkolaborasi dengan Frontend Developer dalam hal pengintegrasian hal-hal yang memberi kemudahan bagi pengguna. Pun bekerjasama dengan Developer, Designer, dan System Administrators untuk mengidentifikasi fitur baru.
Cloud Engineer
Seorang Cloud Engineer bertanggung jawab memelihara sistem komputasi awan. Di mana pekerjaannya melibatkan banyak pengetahuan tentang pemrograman komputer teknis dan tentu saja mereka harus akrab dengan perangkat keras komputer. Ia adalah orang yang merancang dan mengembangkan platform cloud untuk memberdayakan tim teknik berkolaborasi bersama dengan mengerjakan proyek sumber terbuka.
Ia membangun dan mengelola cloud platform untuk memberdayakan tim Engineer. Berkolaborasi bersama untuk mengerjakan proyek open source, membangun dan mengelola lingkungan buid/test/deployment environments serta mengkoordinasikan. Serta berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan meningkatkan kualitas kode, eksekusi produk, dan bekerjasama dengan tim security meningkatkan keamanan platform.
Data Analyst, Data Engineer, dan Data Scientist
Seorang Data Analyst haruslah memiliki kemampuan dalam menganalisa data dengan menggunakan teknologi informasi statistik, deskriptif, prediktif, spesifik dan sanggup mengidentifikasi pola korelasi dan menginterpretasinya sehingga menjadi sebuah insight yang bernilai bagi perusahaan.
Sementara seorang Data Engineer berfungsi merancang dan mengimplementasikan sistem perangkat lunak. Ia bertugas memverifikasi dan memelihara sistem, membangun sistem yang tangguh untuk penyerapan dan pemrosesan data, menguasai ETL (Extract Transsform Load), dan sanggup membangun arsitektur data yang memenuhi kebutuhan bisnis sehingga menghasilkan solusi terstruktur dengan mengintegrasikan beberapa bahasa dan alat pemrograman.
Sedangkan, Data Scientist haruslah memiliki kecakapan dalam mengolah data mulai dari pengumpulan data itu sendiri, memvalidasi data, proses pemodelan hingga ke tahap visualisasi. Ia dituntut bisa menyiapkan, memilih dan menampilkan data sesuai dengan use case yang diterapkan termasuk memvalidasinya. Ia akan bekerjasama dengan pihak lain dalam mengelola infrastruktur dan data arsitektur. Serta diharapkan mampu mengembangkan solusi atas manajemen data.
Digital Product Manager
Ia adalah orang yang memimpin strategi produk. Menentukan visi, strategi, dan peta jalan berdasarkan tujuan bisnis dan kebutuhan user. Ia akan bekerjasama dengan semua tim untuk memperbaiki dan memprioritaskan kembali product backlog, mengelola siklus hidup produk end-to-end dari ide, mengelola backlog, pengembangan juga strategi go-to-market. Ia akan mempertimbangkan dengan jeli dan teliti suara-suara pelanggan, menjadi konak utama bagi pengguna, pelanggan maupun pemangku kepentingan dalam keseluruhan perjalanan produk.
Seorang Digital Product Manager akan berkolaborasi dengan tim lintas fungsi seperti Analytics, Data Science, Engineering, Operations, Product & Business untuk memastikan pengembangan produk berjalan lancar.
Software Architect, Software Documentation Engineer, dan Software Quality Assurance Engineer
Seorang Software Architect akan melihat gambaran besar dan membuat pendekatan arsitektur untuk desain dan implementasi perangkat lunak untuk memandu tim developer. Sehingga Ia harus memiliki kemampuan mengembangkan cisi terpadu terhadap karakteristik dan fungsi perangkat lunak yang tujuannya menyediakan kerangka kerja untuk pengembangan perangkat lunak atau sistem yang akan menghasilkan solusi IT berkualitas tinggi.
Sementara seorang Software Documentation Engineer berperan utama dalam membuat semua dokumentasi yang diperlukan dengan penekanan khusus pada bidang teknis. Ia yang create, update dan maintain seluruh dokumentasi dari masing-masing produk. Nantinya akan berkolaborasi dengan lintas fungsi tim seperti Developer lain, Software Architect, Quality Assurance, UI Designer, UX Researcher, dan Product Owner.
Sebagai Software Quality Assurance Engineer, peran utamanya adalah memastikan kualitas perangkat lunak memenuhi standar yang ditentukan. Ia bertugas meninjau persyaratan, spesifikasi dan dokumen desain teknis untuk memberikan umpan balik yang tepat waktu dan bermakna. Ia pun bertanggungjawab membuat rencana pengujian dan uji kasus secara terperinci, komprehensif, dan terstruktur.
User Interface (UI) Designer, User Experience (UX) Designer, UX Researcher, dan UX Writer
Seorang UI Designer haruslah memperhatikan desain yang bersih dan berseni, memiliki keterampilan UI yang unggul dan mampu menerjemahkan persyaratan tingkat tinggi ke dalam aliran dan artefak interaksi dan mengubahnya menjadi interface pengguna yang indah, intuitif dan fungsional.
Sedang seorang UX Designer haruslah menjadi desainer analitis dan kreatif yang mampu memahami kebutuhan pengguna dan mampu menjadi problem solver, seperti yang telah dibahas di artikel sebelumnya. Portofolio yang kuat dan sukses dari UX sangatlah penting.
Sementara itu, seorang UX Researcher akan bertanggungjawab membuat konsep dan membentuk peningkatan serta fitur produk dan situs web. Selain itu, ia juga bertugas mengevaluasi kegunaan dan keberhasilan semua titik kontak pemasaran perusahaan. Ia kerap berhubungan dengan UX Designer, seperti yang diceritakan UX Researcher Telkom pada artikel sebelumnya.
Bagi seorang UX Writer, Ia memiliki tanggung jawab atas semua teks atau salinan yang ditemui pengguna saat menavigasi produk. Teks tersebut sangatlah penting dalam memandu pengguna dan membantu menavigasi dan menyelesaikan tindakan yang diinginkan di situs web, aplikasi seluler, atau perangkat lunak lainnya.
Demikianlah beberapa gambaran mengenai profesi sebagai digital talent berikut pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Apakah Leapers tertarik menjadi salah satu di dalamnya?. Langsung cek role yang sesuai dengan pengalaman Leapers dan apply di sini ya!